Ketika kekuasaan tidak dirasa berpihak...kita mulai merintih dan mempersalahkan rezim..... tapi lupa bertanya kenapa dulu mempersilahkan orang lain yang memimpin kita...bukan kita sendiri yang tampil jadi pemimpin. Ini sebuah pertanyaan filosofis. Ada kemalu maluan atau kesungkanan orang utk mengambil peluang jadi penguasa.... mungkin karena anggapan bahwa kekuasaan itu bergelimang dosa dan takut tak bisa bersikap adil .... atau bisa juga krn pandangan bhw dunia dan segala isinya terutama harta, takhta dan wanita adalah tipudaya semata. Akibatnya pihak lain yang tidak malu malu melenggang maju menduduki singgasana. Sekarang ketika mereka tidak mementingkan kita..... ada rasa sedih...ada rasa terzalimi...ada rasa teraliansi. Mengapa ..mengapa kita menjadi terpinggirkan dirumah kita sendiri. Mengapa kita seperti buih dilaut.... bak pepatah...jalan lah dipindahkan orang lalu....setiap ombak menerpa selalu tapian berubah.....??
Sesungguhnyalah dizaman sekarang.... seorang menjadi penguasa bukan karena kehebatan dirinya...juga bukan karena kekuatan partai pendukungnya ... tapi lebih karena kebodohan umatnya. Umat tidak lagi tertarik berpolitik (siasah)... umat tidak lagi suka berdebat dibidang hukum ... umat sudah malas bertarung ... umat lebih memilih jalan pintas menuju surga ... entah itu mati syahid di Siria, afganistan dan poso ... atau tekun beribadah dengan menutup mata dan telinga terhadap ributnya perebutan kekuasaan..... Ataukah mungkin kita sangat menikmati ketersiksaan sebagai orang yang dizalimi.... karena dibalik kezaliman itu tersembunyi pahala untuk yang sabar menjalaninya........ wallahualam bissawab. (ACU Sikumbang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar